Select Language Here

Pages

Selasa, 19 Februari 2008

Tour De Sulawesi Selatan

(Jakarta - Makassar - ParePare – TanaToraja – Palopo – Belopa – Makassar – Wisata Kuliner)

Rencana awal sebenarnya, menjenguk Bapak dan Ibu di Makassar. Ternyata selasa malam kami di sms Bapak, kalau kamis pagi kami akan diajak ke Tator! :D

Ternyata selain ke Tator kami juga mengunjungi kota2 besar di pulau Sulawesi. Jadi ga salah dong kalo liburan kali ini kami sebut, Tour de Sulawesi Selatan :). Berikut catatan perjalanan kami.. Selamat di enjoy :).

Jakarta - Makassar , 6 Feb 2008

Hari rabu malam, 6 Feb 2008 kami pilih untuk berangkat ke Makassar setelah selesai beraktifitas di jakarta, selain harga tiket yang murah pastinya ;).
Meeting point di kantor Mba Ade (Kakak Iparku) jam 8pm, kami sudah pesan mobil untuk mengantar kami ke bandara.
Tepat Jam 8 aku, mas andra, mas tommy dan kakak iparku (mba ade) langsung ke bandara untuk flight jam 22.30 dengan "Si Singa" ;).
Aku dan Mas Andra

Mba Ade dan Mas Tommy


Jam 2.35am kami sampai di bandara Hasanuddin, Bapak sudah menunggu kami begitu turun dari pesawat :). Karena lamanya menunggu bagasi yang hampir 1 jam! jadi baru sampai dirumah jam 3 am!! Fiuhh...super duper tired :(, sampe rumah langsung bersih2 dan tiduurrr, zzzzzz...

Makassar, 7 Feb 2008

Paginya kami sudah harus siap2 berangkat ke TATOR alias Tana Toraja alias tanahnya para raja-raja. Jam 9 am kami berangkat ke Tator disupiri oleh Pak Ancu, supirnya Bapak yang asli Palopo jadi Insyallah udah tau medan :).

Perjalanan dari Makassar ke Tator kira-kira 8 jam. Setelah empat jam perjalanan, kami istirahat untuk makan siang dan sholat dzuhur di Pare-Pare.
Kami berhenti di Warung Dua Itik, hmmm...yummy banget itik gorengnya, kriyuk dan krenyes, garing tapi sedikit alot dagingnya, overall sih sama kaya daging ayam.
Tetep Narsis

Lezaaaateee :D

Selesai makan dan sholat langsung melanjutkan perjalanan sambil tidur kekenyangan :D.

Perjalanan menuju Tator emang berliku-liku, belum lagi Pak Ancu yang menyetir dengan semangatnya, hehe...saking semangatnya, kecepatan ga pernah dibawah 80km/jam, lobang dan jalan ga stabil dihajar aja :D sampe aku dan mas Andra mabok!, hahaha.. Kalau Bapak dan Ibu sih sepertinya sudah terbiasa, karena Bapak sering dinas menyambangi kantornya di daerah2 pelosok dan Ibu biasanya menemani.
Perjalanan 4 jam berikutnya rasanya lamaaaa sekali :(, kami sudah tidur terus bangun, terus tidur lagi terus bernarsis ria di mobil sampe akhirnya bosan :D.

 
Sekitar jam setengah enam sore akhirnya kami sampai di Tana Toraja sodara-sodara! Tapi emang worth it banget deh, perjalanan panjang dengan pemandangan asri yang menyejukkan mata. Kalau mata ini terbiasa dengan pemandangan gedung2 tinggi dan hutan mall dan macetnya Jakarta, begitu liat pemandangan di Tator rasanya adeeeemmm banget, maknyus pokoknya :D. Tana Toraja terkenal dengan bukit-bukit berbatunya yang hijau dan udaranya yang sejuk...ralat, dingin.

Kami menginap di Toraja Heritage Hotel, a compliment from Father client. Di Tator sebenarnya terkenal dengan nama Novotel, tapi entah kenapa begitu kami sampai disana namanya Toraja Heritage Hotel. 


Di lobby sudah menunggu teman sejawat Bapak beserta keluarga. Rasanya kemana Bapak pergi, selalu dijamu deh...(dapat dilihat dari gak enaknya Bapak dikasih suite room) padahal ini kan bukan dinas hanya liburan bersama anak-anaknya. Oh well...Alhamdulillah. Sebenernya sayang banget suite roomnya ga kepakai, karena Bapak menolak menempati.

Selama di lobby kami beramah-tamah dulu. Selesai beramah-tamah, kami dipersilakan menuju kamar untuk bersih2 dan istirahat serta sholat Maghrib untuk selanjutnya makan malam sederhana di warung makan yang sedehana :).

Selesai makan kami langsung head back to hotel. Bapak dan teman-temannya masih berbincang2 di lobby, begitu juga Ibu-ibunya. Sedangkan kami para anak, hehe...main bilyar :D. Jadi di lobby bagian atas ada meja bilyar yang nganggur, jadilah sebelum pulang pada main dulu. Disini aku juga sempat foto peta Sulawesi yang dicat di tembok. 




Tator , 8 Feb 2008

Nah, ini dia nih bagian serunya...TATOR here we comeee! :D
Jam 8 pagi tgl 8 Feb 2008, kami sudah check out untuk siap2 ke Tator. Sebelum pergi kami sempatkan dulu untuk foto-ria di sekitaran hotel secara kemarin sampe hotel udah sore dan gelap.
Beranda Kamar Hotel

Lingkungan Hotel



Standart room nya aja kaya gini??

Dari hotel ke tujuan wisata Tator tidak begitu jauh. Kami sengaja berangkat pagi karena akan ada upacara adat pemakaman jam 11 siang nanti. Menurut informasi Pak Frans (beliau kepala kantor cabang BNI di Rantepao) jarang-jarang nih ada upacara adat pemakaman. Karena untuk melaksanakan upacara adat ini harus menyediakan minimal 20 kerbau, itu kalau jenazahnya masih keturunan bangsawan. Kalau rakyat biasa, tidak harus 20 kerbau, less than 20 ok. Belum lagi dengan babi-babi yang harus di korbankan juga selain kerbau.

Maka tidak jarang kalau jenazah yang belum "di upacarakan" biasanya disimpan oleh keluarganya dikamarnya selayaknya orang yang masih hidup.

Hanya saja jenazah ini diperlakukan seperti orang yang sakit. Jenazah biasanya ditidurkan dan masih diberi pakaian dan makanan. Setelah sebelumnya dibalsem untuk diawetkan ya, kalo enggak...ya bau. Sampai keluarganya sudah cukup mengumpulkan kerbau, maka upacara adat pemakaman akan dilaksanakan.

Saking mahalnya harga kerbau di Tator, biasanya jenazah bisa didiamkan begitu saja sampai minimal 1 thn!. Percaya gak, harga kerbau yang kulitnya polos sekitar 6-10 juta!. Sedangkan kerbau yang ada totol-totolnya (emang ada yah?) harganya bisa 70 juta!!!. Makanya ga aneh kalo upacara adatnya bisa lama banget terlaksana. Udah gitu upacara adat itu bisa berminggu-minggu bahkan bulan. Kebayang gak tuh kalo yg meninggal keturunan bangsawan, bisa keluar berapa ratus juta hanya untuk upacara adat spt itu??


Tempat wisata yang kami kunjungi pertama adalah Kampung Adat Kete' Kesu'. Kampung adat ini dilindungi dan diakui oleh UNESO loh...secara penduduk kampung ini masih preserve kebudayaan nenek moyang mereka dari jaman batu sampe sekarang. Awesome ga tuh....
Kampung Adat Kete' Kesu', Tator



Begitu masuk kampung adat ini, kita harus membayar tiket masuk (ga tau bayar berapa secara dibayarin :D). Setelah bayar tiket masuk di loket, kami langsung disuguhkan pemandangan rumah-rumah adat yang berjejer rapi berseberangan dengan lumbung padi mereka. Rumah adat ini disebut Tongkonan.


tongkonan atau rumah adat Tator


Dibelakang Tongkonan yang berjejer rapi, ada jalan menuju ke kuburan gantung, kuburan para leluhur mereka di simpan. Ya, Kete' Kesu' terkenal dengan kuburan gantungnya. Kuburan gantung ini berada di sisi bukit yang menanjak ke atas. Semakin keatas, menujukkan derajat para jenazah yg dikubur gantung tsb semakin tinngi.


Pemandu wisata kami disini anak kecil mungkin umurnya sekitar 12-15 tahun tapi dia menjelaskan dengan jelas dan setia menemani kami (kami disini cuma Aku, Mba Ade Dan Mas andra). Mas Tommy, Bapak dan Ibu menunggu dibawah) mendaki bukit itu.


Sebelum mendaki bukit ada 3 kuburan besar, yang 2 katanya bangsawan dapat dilihat dari "peti erang" (sebuah bangunan besar) yang lumayan besar. Yang paling kanan, adalah anggota DPRD pertama asal Toraja, makanya peti erangnya juga besar dan dibuat patung atau biasa disebut Tao-tao dalam bahasa Toraja. Tao-tao sendiri artinya, orang-orang/orang-orangan/patung, yang khusus dibuat untuk para bangsawan.
Mantan anggota DPRD pertama dari Tator


Peti erang yang menyerupai babi, artinya isinya mayat perempuan.

Peti erang yang menyerupai kerbau, artinya isinya mayat laki-laki.
Kalau penasaran bagaimana mayat2 ini dinaikan alias digantung di bukit ini, begini kata pemandu wisata kami:
Jalan mayat dilakukan malam hari supaya si penggontong mayat tidak ada yg menegur. Mayat2 itu sendiri di tarik pakai tangkai2 pohon bambu yg tumbuh di sisi bukit kuburan gantung. Kebayang ga tuh gimana beratnya tugas si penggontong mayat...
Aku bertanya ke sipemandu cilik, kalau malam ada yang berani mendaki bukit ini? Tidak ada, karena bukit ini tertutup dari sore sampai pagi. Secara spooky juga kali yak...

Jaman dulu sebelum ditemukan formalin, untuk mengawetkan mayat digunakan ramu-ramuan tradisional. Peti2 yang dibiarkan teronggok begitu saja, biasanya adalah rakyat jelata. Setiap peziarah yang datang biasanya memberikan sebatang atau beberapa batang rokok sebagai penghormatan kepada yg sudah meninggal. Didalam peti juga disertakan barang kesayangan yang sudah mati, makanya kuburan orang toraja dibukit2 atau digua2.
Jalan Mendaki Bukit

Aku kasih rokok sebagai tanda penghormatan

foto di bawah kuburan gantung


Dari Kete' Kesu' kami lanjut ke objek wisata berikutnya. LONDA terkenal dengan kuburan gua-nya. Masih mirip2 dengan Kete' Kesu', hanya bangsawan yang bisa dibuat dan dipajang Tao-tao nya dan mayatnya pun pada saat mau disimpan di gua, memakai usungan.


Kali ini pemandu wisata kami sudah dewasa :D. Alasan kenapa dibuat kuburan didalam gua, karena 64% Tana Toraja terdiri dari gua-gua batu dan bukit-bukit berbatu. Untuk menghemat lahan, maka disimpanlah mayat2 di dalam gua. Dengan alasan keselamatan juga, karena biasanya bersama si mayat disertakan barang2 kesayangannya.
1 rumpun/keluarga
yang masih berenda begini, baru meninggalnya
Di antara tumpukan peti2 tengkorak2


Orang Toraja percaya, setiap yang sudah meninggal sebenarnya tidak meninggal. Bingung gak? Jadi ada yg namanya Puya atau dunia kedua untuk orang toraja. Nah, orang yg sdh meninggal ini dipercayai oleh orang toraja tidak meninggal tetapi rohnya pindah ke dunia kedua, yaitu Puya. Selama belum dilakukan upacara adat pemakaman, mereka belum pindah ke Puya, banyaknya kerbau juga untuk mempercepat mereka sampai ke Puya. Begitu kira2 kepercayaan orang toraja. Mayoritas penduduk toraja menganut agama Kristen Protestan, sebagiannya lagi masih menganut kepercayaan leluhur.


Ada lagi kisah Romeo & Juliet versi Tator. Ceritanya mirip, 2 sejoli ini dulunya ingin menikah tapi ditentang, akhirnya mereka bunuh diri dan dikubur bersama.
romeo & juliet versi Tator


Aku juga iseng bertanya lagi disini...apakah ada yag masuk ke dalam kuburan gua ini pada malam hari? Lagi2 jawabannya, tidak ada. Wisata ziarah ini hanya dibuka dari pagi sampai sore hari sebelum hari gelap, hehe..ya iyalah....ngapain juga coba, iseng bgt :D.


Menurut pemandu wisata kami, sebenarnya kuburan gua ini tertutup untuk umum, hanya keluarga saja yang boleh masuk. Tapi seiring makin banyaknya orang yg sdh dikubur di kuburan goa ini maka sudah banyak dilakukan upacara adat, jadi kami2 yg bukan keluarga sudah dianggap keluarga.


Kuburan goa ini lantainya dan dindingnya licin, karena diatas gua ini ditumbuhi pepohonan. Udara di dalam gua pun sejuk dan dingin serta gelap gulita.


Dari Londa, kamu menuju Rantepao. Disini kami membeli sedikit kenang-kenangan khas Tator. Karena sebelumnya tidak ada rencana menginap di Palopo, aku juga hunting baju di pasar Rantepao ini secara ga bawa baju lagi :D. Setelah itu kami makan siang di rumah makan Padang (emang deh, ada dimana2 :D)

Moral of the story here, sebaiknya untuk amannya makan ikan saja. Karena kita ga pernah tau kalau dagingnya halal apa enggak?
 Karena di tator serba Babi :D

Selesai makan kami langsung menuju ke tempat diadakannya Upacara Adat Pemakaman. Di Tator upacara ini yang paling besar memakan biaya, justru upacara pernikahan tidak semeriah ini.
Tempat Mayatnya di simpan selama upacara adat


Karena kondisi yang tidak memungkinkan, Mba Ade dan Ibuku ditemani Pak Ancu, supir kami, stay di mobil tidak turun ke Upacara adat ini. Lagian upacaranya sudah berlangsung, sudah ada penyembelihan kerbau dan babi disana-sini. Bau amis menyengat, yang ga kuat sangat disarankan stay aja dimobil. Rombongan kami disambut oleh si empunya upacara alias keluarga yang punya hajat.
Si empunya hajat yg baju hitam

Cara mereka memotong/menyembelih juga berbeda dengan cara Islam. Kepala si kerbau/babi diangkat dan dengan sekali tebas di leher, darah bercucuran. Kerbau yg diikat di batu menhir pertama dilepas, selesai ditebas dibiarkan begitu saja. Awalnya kerbau masih berdiri tegak, seiring dengan banyaknya darah yg keluar, lama2 tumbang juga. Setau aku, cara menyembelih hewan ga boleh spt itu...ga boleh menyiksa si hewan. 
gubug yg di belakang itu tempat sanak saudara berkumpul
 
Batu menhir, tempat mengikat kerbau sebelum disembelih

Sesaat setelah di tebas
Setelah mati tergeletak dimana saja


Setelah kerbau kehabisan darah, dibiarkan dulu dimana saja si kerbau terakhir berdiri. baru nantinya di kuliti dan dimasak. Cara masaknya cukup diasap-asapi di atas daun pisang yang dibawahnya ada batu yg sudah di beri api.


Untuk babi, beda lagi. Setelah ketiaknya di tusuk oleh sebatang kayu, yang katanya langsung menembus ke jantung, babi dibakar. Jadi darahnya ga keluar....hiiiii...jijik banget deh. Udah gitu ga pake dibersihin lagi, langsung diambil dari kandangnya yg berlumpur dan bercampur dengan kotoran babi, YUCK!!! Aku ga tau niy, jeroannya di keluarin dulu sebelum dibakar apa setelah dibakar baru di keluarin...?? Pokoknya jeroan kerbau dan babi berserakan dimana2. Malah ada anak2 kecil yg lagi asyik ngebakar daging babi yg sdh dipotong.

*sambil nulis ini aja rasanya mual :((*

Selesai dari Upacara Adat Pemakaman di Tator, kamu langsung menuju Palopo. Sekitar 4 jam perjalanan dari Tator, haduuuuh....kebayang gak tuh, harus duduk selama 4 jam. Perjalanan Tator-Palopo melewati gunung2 tinggi dan sudah pasti jalannya berkelok-kelok. Tapi Subhanallah...pemandangannya baguuuuuuuuusss banget!!. Engga akan nyesel walopun sempet mabok :D. Sekali lagi Pak Ancu memperlihatkan kemahirannya menyetir dimedan sulit seperti ini.


Bayangin sebelah kanan kami itu sisi gunung, sebelah kiri kami....jurang! Gunung2 ini lebat ditumbuhi oleh pohon2 yang tinggi. Saking tingginya, kami berjalan diatas awan. Jadi ketinggian jalan raya berada di atas awan. Pada saat kami mencapai ketinggian gunung yang paling tinggi, jarak pandang kami terbatas karena terhalang kabut. Disini saat yang tepat untuk mematikan pendingin mobil (AC) dan silhakan buka jendela untuk menikmati sejuknya udara pegunungan.


Beda dengan Puncak yang udaranya sudah tercemar, di pegunungan ini udaranya benar2 bersih dan mobil yang melewati jalan rayapun hanya satu-dua mobil, jadi udaranya segaaaaarr :).


Di Palopo kami menginap di Hotel Agrowisata, a compliment from Father employee. Hotel yang sederhana sesuai pesanan Bapak yang tidak mau diperlakukan berlebihan. Hotel ini seperti rumah pada umumnya dan pekarangan hotel di penuhi dengan pohon rambutan dan durian. Kami dipersilahkan untuk istirahat dan bersih-bersih untuk siap-siap makan malam dan setelah itu....pesta duren! YEAY...:D


Kami makan malam di Rumah Makan Ulu Bale Laut dengan hidangan khas Palopo. Disini terkenal dengan Kapurung dan Juice Terong Belanda-nya. 
Kapurung
Juice Terong Belanda

Kapurung adalah semacam sop/sayur yang didalamnya ada sagu, bayam, kacang panjang, ikan dan udang. Jadi rasanya agak amis kalo menurut aku. Aku sih tidak begitu suka, yang aku suka justru sop kepala ikan. Rasa sopnya seperti sop tom yam khas Thailand, asam dan agak pedas, pokoknya sugerr banget. Terong belandanya juga enak. Ga ketinggalan ada sambal mangga muda, yum...yum...kesukaan aku nih :). 
Sop Kepala Ikan

Sambel mangga.. yummi
 

Selesai makan kami langsung menuju hotel untuk pesta duren! Duuh...beneran deh mabok duren disini, ga tau deh berapa buah duren dihidangkan.

Palopo, 9 Feb 2008


Paginya kami langsung siap-siap untuk pulang ke Makassar tetapi terlebih dahulu kami mampir di Belopa untuk urusan Bapak dan teman-teman kerjanya. Di Palopo kami sempatkan untuk mampir di pantainya, pantai Palopo. Di Belopa kamu dijamu lagi dengan makan siang yang wah. Semua menu dihidangkan, segala macam seafood ada. Ada juga dihidangkan buah khas Belopa, namanya buah Tera. Tampak luar seperti buah cimpedak, tetapi rasanya seperti buah nangka hanya saja ukuran buahnya lebih kecil. Setelah selesai makan dan beramah tamah, kami melanjutkan perjalanan ke Makassar.


Tadinya kami ditawari untuk sekalian ke Soroako, disana ada sebuah danau yang indah katanya dengan kedalaman 800 meter!. Penasaran siy...tapi kami sudah lelah sekali jadi kami putuskan untuk langsung ke Makassar.


Sampai di Mks sekitar jam 6 sore kami langsung menuju ke tempat makan malam di Karebosi dengan menu apalagi kalau bukan, Sop Konro dan Konro Bakar. Kata Bapak rumah makan ini yang paling asli. Sayang aku ga sempet foto, udah cape banget. Selesai makan kami langsung pulang.


Makassar, 10 Feb 2008


Paginya sekitar jam 7 kami sudah siap untuk ke Pantai Losari. Rame banget pantai ini oleh ABG dan di alun-alun pantai ada sebuah panggung, jadi aku ga bisa foto di tulisan Pantai Losari-nya :(. Sebelum ke pantai loasari, kami sempatkan untuk putar-putar kota Makassar.

Dari pantai losari kami mencari sarapan pagi. Tujuan kami adalah rumah makan Coto Nusantara, coto-nya enaaaak banget. Lokasinya ga jauh dari pantai Losari, pokoknya telusurin aja jalan raya Losari nanti sebelah kiri itu dia rumah makannya. Coto ini enak dimakan dengan ketupat. Lumayan murah, hanya dengan Rp. 9000 dan ketupatnya Rp. 500 kita udah kenyang.
Di deket Pantai Losari

Ini dia soto nya


Selesai sarapan kami pulang ke rumah dan istirahat. Siangnya kami pergi lagi untuk beli oleh-oleh :).


Pusat oleh-oleh khas Makassar yang lengkap bisa dicari di sekitar Jl. Somba Opu tidak jauh dari pantai Losari. Toko yang paling lengkap menurut Ibu adalah Toko Indonesia. Disini segala macam oleh-oleh ada. Mulai dari minyak kayu putih dan berbagai macam minyak ada, peci khas Makassar juga ada, kain-kain tenun khas Makassar juga ada dan cantik-cantik sekali.
Beli di toko indonesia Jl. Somba Opu
 

Setelah selesai beli oleh-oleh, kami mencoba camilan khas Makassar. Bosan dengan pisang ijo, aku mencoba Es Palu Butung, lumpia dan Jalangkote khas Makassar. Jalangkote ini sebenarnya pastel kalo di Jakarta :). 
Ini Es palu butung

ini Jalangkote a.k.a pastel


Kami pulang untuk siap-siap nanti sore pulang ke Jakarta dengan menggunakan "si singa" last flight jam 19.55. Jam 6 sore kami berangkat ke bandara di antar Bapak dan Ibu. Ternyata flight kami delay until 21.35 due to bad weather. Memang akhir-akhir ini di Makassar sering hujan deras disertai angin kencang. Mendekai 21.35 kami diberitahu kalau flight kami delay lagi sampai jam 22.40!! Haduuuuh......emang deh si singa ini terkenal dengan ke-delay-annya :((. akhirnya setelah 4 jam in delay, on board juga kami. Aku lupa jam berapa akhirnya sampai Jakarta, udah ngantuk dan capek banget.


Sekian kiranya catatan perjalanan kami menjelajahi sebagian kota-kota di pulau Sulawesi. Alhamdulillah tidak ada halangan berarti...Alhamdulillah masih bisa jalan-jalan...Alhamdulillah selamat sampai di tujuan.


Pesan aku cuma satu, negeri kita ini kaya sekali akan keindahan alamnya. Sayangnya tidak dikelola dengan baik dan kurangnya promosi :(. Sebelum berencana untuk pergi menikmati pemandangan negeri orang lain sebaiknya jelajahi dulu objek-objek wisata di Indonesia. Kalau sudah terlanjur menikmati pemandangan di negeri orang, jangan lupa negeri kita ini juga ga kalah indahnya lho...:)


Terima kasih yang sudah menyimak cat-per ini, walopun ditulis seadanya dengan kemampuan menulis yang sangat terbatas, dan mohon maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan ya...